Selasa, 29 Januari 2013

Prolog: Sebuah A



Prolog: Sebuah ‘A’

Kamar K, 09.35 malam
7 Januari 2009
Dicopy paste dengan sedikit editan di sana sini pada 22:11 malam
Kamar depan, 27 Jan 2013

Aku hanya tak bisa mencairkan seluruh energiku pada segala. Perasaan yang terbendung dan termampatkan dalam kubangan air mata di kantung mataku, atau gelak tawa yang tak kulepaskan pada dunia. Karena aku bukan orang yang pandai berkoar dengan bibir. Aku adalah ketenangan di rindang sana. Bisikan halus angin yang membelai dedaunan di sore hari. Aku bukan nuri yang berkicau memerdukan udara, tapi gemericik air yang mengalir memahkotai bebatuan. Aku adalah jingga lembayung, bukan kemuning siang.
Karena itu aku memilih untuk meluncurkan seluruh kata-kataku dalam tulisan. Ribuan frasa yang apabila tak kukeluarkan akan membuatku gila. Ide-ide liar yang berdesakan dalam kepalaku, benakku, jiwaku, atau bahkan denyut nadiku.
Inilah kesejatian pengungkapan.
Inilah nafas itu. Hidup itu sendiri.
Inilah pilihan mutlakku.
Untuk membekukan setiap momen-momen hidupku dalam kata-kata. Merangkainya dalam frasa. Menghiasinya dalam metafor dan kelindanan makna. Bukankah tulisan merupakan bukti bahwa aku pernah ada? Bahwa aku pernah berputar dalam roda waktu, menyusuri musim dan berbagi cahaya dengan udara? Bahwa aku adalah manusia yang pernah menapak tilas dalam debu di bumi ini?
Sekian lama… sudah…
Aku kembali mengakrabi ini. Aku kembali mengguratkan jejak-jejak kehidupanku. Aku kembali berkelekar dengan sahabatku yang paling setia, pena dan kertas. Aku selalu rindu, akan selalu rindu pada yang satu ini. Ketika aku tak paham tentang kehidupan, ketika aku tak mengerti tentang takdir itu sendiri. Ketika aku mumet dengan pertanyaan-pertanyaan yang bercokol dalam dadaku, aku akan selalu rindu untuk menggelarkan paras-parasnya menjadi frasa-frasa, lalu kugabungkan satu per satu menjadi sebuah keutuhan paragraf, kemudian kubiarkan paragraf itu beranak-pinak hingga pada akhirnya membentuk penjabaran sebuah tema secara holistik dan komprehensif.
Aku tak pernah habis memikirkan tentang hidup ini. Ketika kesemuanya jadi sesuatu yang rumit sekaligus sederhana, aneh atau pun biasa, penuh rahasia atau pun telanjang. Lalu  inilah sebuah media kehidupan tempat aku mempertanyakan semuanya, mengajukan pendapat atau sanggahan terhadap hal-hal yang kuamini atau pun tak kusetujui dalam fenomena hidup yang kudapat dalam keseharianku. Inilah caraku mengasingkan diri dari dunia, atau pun mendekatkan diri pada lengan-lengan takdirnya.


0 komentar:

Posting Komentar